Jopinus Ramli Saragih atau
lebih di kenal dengan nama Jr.Saragih adalah
putra ke enam dari pasangan Rasen Saragih (ayahnya) dan Netty
Br. Sembiring (ibunya) ia lahir di
Medan, Indonesia, 10 November 1968 ,masa kecil jr.saragih memang berliku ketika ia genap berusia satu tahun
ayahnya berpulang lalu ia ikut dengan neneknya E. Br. Purba,
di Kecamatan Raya, Simalungun. Di sini, ia sempat bersekolah sampai kelas 4 SD.
Lalu, neneknya juga wafat.
Masa kecil
jr.saragih di lalui bersama neneknya
di tanah karo,sementara ibunya menikah lagi.
Di
Kecamatan Munthe, Tanah Karo, J.R (Jopinus Ramli) Saragih, hanya bersekolah sampai kelas 6 SD. Kemudian ia pergi ke
Pematang Siantar. J.R Saragih sempat
menjadi tukang semir sepatu. Lalu ia merubah profesinya menjadi kenek bus,ia
melakoni profesinya menjadi kenek bus selama tiga tahun.
Suatu
hari, ia bertemu dengan seorang supir yang menyarankanya untuk kembali ke
bangku sekolah agar kelak ia bisa menjadi orang yang berguna. Kembalilah ia ke
Kecamatan Munthe, Tanah Karo, dan berkolah di SMP. Setamat SMP ia sempat
menarik becak barang di Brastagi, Sumatera Utara. Dengan menggadaikan kopi
orang tuanya di Kecamatan Raya, lalu ia nekat berangkat ke Jakarta. Bekerja di
galian pasir Puskopad di Curug, Tangerang, ia sekolah di SMA. “Dari situlah ia mencoba
masuk tes Akademi Militer. Lulus, menjadi TNI beasiswa dan tamat menjadi Letnan
Dua.
Ayah dari
Efarina Margaretha Saragih ini sempat menjadi Komandan Polisi Militer di
Purwakarta, Jawa Barat. Di kota ini ia mendirikan klinik berbasis spesialis.
Semula ia tidak mencari keuntungan dari klinik ini. “Saya ingin melayani
masyarakat aja,” dalih pensiunan Polisi Militer, yang pangkat terakhirnya
adalah Letnan Kolonel ini.
Karena tuntutan perekonomian,
pemerintah mewajibkan membayar pajak, dan karyawan harus mengikuti UMR dan
sebagainya, akhirnya dibuatlah tarif tetap. Kemudian klinik ini menjelma
menjadi Rumah Sakit Efarina Etaham. Efarina nama anaknya, dan Etaham artinya
ayo maju.
Sebagai seorang pelaku usaha, tentunya secara materi ia tidaklah kurang.
Bukti nyata kerja keras dan pantang menyerah, berbanding terbalik dengan
kehidupan yang ia jalani saat kanak-kanak dan juga remaja. Meski usahanya
berkembang di tanah Parahiyangan, kegelisahan sebagai seorang putera asli
Sumatera Utara kian kerap mengetuk hati dan nuraninya.Pembangunan tanah Jawa yang ia saksikan demikian pesat, tidak selaras dengan perkembangan yang ia lihat di tanah kelahirannya. Nuraninya merasa terpanggil untuk membangun tanah kelahiran, ikatan emosional yang tidak akan pernah pudar meski ia sudah berkelana ke bumi Pasundan. Simalungun, tempat ia ditempa menjadi pribadi tangguh saat kecil, dengan budaya dan karakteristik Sumatera Utara yang dikenal tangguh dan pekerja keras. Ia ingin kembali, mengabdi dan berbakti ke tanah kelahiran yang ia cintai. Tanah kelahiran yang ia kenal dengan budaya yang demikian kaya, dan menjadi memori masa kanak-kanak dan akan terus terpatri dalam diri JR Saragih.
Darah dan nafasnya, seiring perjalanan merantau ke belahan lain nusantara, adalah tetap di tanah kelahirannya yang telah memberikan kesempatan untuk menghirup nafas, sekaligus memberi pondasi awal pada makna kerja keras dan kedisiplinan.
Hal itulah yang mendorong dirinya bertarung di tahun 2010 dengan maju ke arena pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kabupaten Simalungun, dipasangkan dengan Hj.Nurhayaty Damanik. dan akhirnya terpilih menjadi Bupati Simalungun periode 2010-2015
No comments:
Post a Comment